DARAH TINGGI / HIPERTENSI
a. Pengertian
Hipertensi diambil dari bahasa Inggris ”Hypertension” yang berasal dari bahasa Latin, Hyper berarti super, dan tension berarti tekanan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang popular untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi (Bangun, 2002).
Sedangkan menurut Knight (1996), tekanan darah tinggi adalah satu masalah yang umum, karena banyak orang yang menderitanya, walaupun mereka tidak mengetahuinya sama sekali.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa ataupun alat digital lainnya (Khomsah, 2009).
Nilai normal tekana darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktifitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat waktu aktifitas atau berolahraga. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan dapat menyebabkan kematian (Khomsah, 2009).
Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras, akhirnya kondisi tersebut berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh jantung, ginjal, otak, dan mata. Penyakit hipertensi merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Khomsah, 2009).
b. Tipe klasifikasi hipertensi menurut Khomsah (2009)
1) Hipertensi primary
Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi akibat dampak dari gaya hidupseseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olah raga juga dapat mengalami tekanan darah tinggi.
2) Hipertensi secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.
c. Kelompok Hipertensi (Underwood, 1999)
1) Ringan apabila tekanan diastolik antara 95 - 104 mmHg
2) Moderat apabila tekanan diastolik antara 105 - 114 mmHg
3) Berat apabila tekanan distolik lebih tinggi dari 115 mmHg
d. Jenis Hipertensi
Hipertensi Primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya
Hipertensi Sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, korteks adrenal, dan tumor medularis, koarktasioaortanatau pengobatan steroid.
Hipertensi Benigna dimana ditemukan kerusakan organ yang bertahap
Hipertensi Maligna dimana ditemukan kerusakan yang hebat dan sering akut dari ginjal, retina dan serebral (Underwood, 1999)
e. Klasifikasi Hipertensi WHO (Bangun, 2002)
1) Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang atau sam dengan 140 dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah perbatasan yakni sistolik 141-149 dan diastolik 91-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni jika sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
f. Faktor Resiko Hipertensi
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan berbagai faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan endokrin, penggunaan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain.
Hipertensi ddisebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikaasi serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas, dan nutrisi.
1) Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
2) Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
3) Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan diatas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
4) Etnis
Kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
5) Stres
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehuingga akan menstimulasi aktifitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
6) Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
7) Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipetensi esensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam yang tinggi dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat tedeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2 sendok makan.
8) Merokok
Merokok menjadi salah satu faktor hipertensi yang dapat dimodifokasi. Merokok merupakan faktor resiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
g. Pengaruh Hipertensi
Seperti diketahui, penyakit hipertensi seringkali tidak menimbulkan keluhan langsung. Meskipun demikian, lama kelamaan penyakit ini dapat menimbulkan berbagai penyakit lain, yang sebelumnya tidak memberi peringatan. Lambat laun, organ tubuh yang penting akan mengalami kerusakan. Dengan bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat yang sering disebut hipertensi atau tekanan darah tinggi. Penyakit hipertensi umumnya berkembang saat umur seseorang telah mencapai paruh baya (usia 40-60 tahunan). Penyakit ini lebih banyak menyerang pada pria dan wanita pasca menopause. Hipertensi pada lansia dianggap faktor resiko yang paling penting. Hal ini disebabkan karena hipertensi hádala factor yang menyebabkan serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan kerusakan ginjal. Kaum laki-laki yang tenderita hipertensi kemumgkinan akan terkena serangan jantung dua setengah kali dibandingkan dengan kaum laki-laki yang mempunyai tekanan darah normal. Sementara itu, kaum perempuan yang tenderita hipertensi kemungkinan akan terkena serangan jantung lebih dari empat kali dibandingkan dengan kaum perempuan (Bangun, 2002)
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah darah tinggi atau hipertensi dapat dilakukan baik secara medis maupun non medis.
No comments:
Post a Comment